Jambi – Ahmad Barus atau Raja Datuk Paduko Berhalo adalah pemimpin Kerajaan Jambi, ia mempunyai seorang istri cantik bernama Putri Selaras Pinang Masak yang merupakan Putri Raja. Pasangan itu memiliki empat orang anak, anak pertama bernama Rangkayo Pingai (Sayyid Ibrahim), anak kedua bernama Rangkayo Hitam (Sayyid Ahmad Kamil), anak ketiga bernama Rangkayo Kedataran (Sayyid Abdul Rahman), dan anak yang terakhir bernama Rangkayo Gemuk (Syarifah Siti Alawiyah).
Pada saat itu Kerajaan Malaka adalah ancaman besar kedaulatan Kerajaan Jambi yang berada di puncak Kejayaannya siap merebut wilayah pesisir utara Jambi.
Sebagai upayah untuk membendung serangan Kerajaan Malaka, Raja Datuk Paduko Berhalo memilih untuk tetap tunduk dan memintah bantuan kepada Kerajaan Majapahit dengan imbalan Jambi harus mengirim upeti ke Majapahit terus menerus.
Sekian lama Kerajaan jambi selalu mengirim upeti untuk Kerajaan Majapahit. Ketika Pangeran Rangkayo Hitam mulai dewasa, ia menentang penyerahan upeti tersebut. Sebagai salah satu pewaris tahta Kerajaan Jambi, ia berpendapat “Sudah selayaknya Jambi menjadi Negeri yang berdaulat dan tidak selalu mengirimkan mengirim upeti kepada Majapahit”.
Ketika Raja Datuk Berhalo wafat, pimpinan Kerajaan Jambi diteruskan oleh Rangkayo Pinggai sebagai putra tertua. Saat pemerintahan Kerajaan dibawah kepemimpinan Raja Rangkayo Pinggai, Rangkayo Hitam pernah mencegah dan menggagalkan upeti yang hendak dikirim kepada Majapahit. Dengan tegas ia berkata, “Kerajaan Jambi merupakan Kerajaan yang berdaulat dan tidak tunduk kepada Kerajaan manapun”.
Akibat pelarangan pengiriman upeti yang dilakukan Pangeran Rangkayo Hitam tersebut, maka Raja Majapahit mengirim utusan kepada Raja Jambi untuk mengagih upeti. Namun utusan yang dikirim untuk Raja Jambi itu diusir oleh Pangeran rangkayo Hitam secarah tidak hormat. Sikap yang dilakukan oleh Pangeran rangkayo Hitam menimbulkan kemarahan bagi Raja Majapahit.
Mendengar adanya gejolak di Kerajaan Jambi yang tidak mau mengirim umpeti ke Kerajaan Majapahit dan tentang adanya seorang sakti bernama Rangkayo Hitam yang menggagalkan pengiriman upeti tersebut maka melalui menteri Kerajaan Majapahit memerintahkan untuk melakukan tindakan balasan untuk menghukum Pangeran Rangkayo Hitam.
Raja Majapahit merencanakan penyerangan ke Kerajaan Jambi, namun serangan itu berhasil digagalkan oleh Pangeran Rangkayo Hitam yang terkenal sekti dan kebal terhadap senjata tajam. Terdengar oleh Raja Majapahit bahwa Pangeran Rangkayo hitam terkenal sakti dan tidak sembarang senjata yang bisa melukainya, Raja Majapahit pun memerintahkan seorang empu bernama Berjakarti untuk membuat senjata khusus yang bisa mengalahkan Pangeran Rangkayo Hitam.
Bahan baku keris tersebut diambil dari sembilan desa dari tujuh macam logam dan ditempa tiap hari jum’at selama 40 pernama. Namun rencana Raja Majapahit tersebut terdengar ditelinga Pangeran Rangkayo Hitam, ia lalu menyamar menjadi masyarakat biasa dan menuju Kerajaan Majapahit untuk memastikan berita tersebut.
Dengan kesaktian Pangeran Rangkayo Hitam, dalam waktu singkat ia sampai ditanah Kerajaan Majapahit dan menemukan empu Berjakarti di tempat pembuatan kerisnya.
Dua orang yang baru mengenal itu berbincang seperti biasa hingga akhirnya terungkap dari mulut empu Berjakarti bahwa ia sedang membuat keris pesanan Raja Majapahit untuk membunuh Pangeran Rangkayo Hitam dari Jambi itu.
Pangeran rangkayo Hitam lalu merebut keris itu dan membunuh empu Berjakarti. Setelah membunuh sang empu, Pangeran Rangkayo Hitam mengamuk. Tak satupun yang bisa menghentikannya sehingga Raja Majapahit turun tangan dan melakukan perundingan dengan Pangeran rangkayo Hitam.
Beberapa kesepakatan disetujui, diantaranya Kerajaan Jambi diakui sebagai Negeri yang berdaulat, namun Pangeran Rangkayo Hitam diharuskan membantu Raja Majapahit untuk meluaskan kekuasanya.
Pangeran Rangkayo Hitam dihadiahkan oleh Raja Majapahit sebuah keris buatan empu Berjakarti. Pangeran Rangkayo Hitam sering meletakkan keris itu di sanggul rambutnya sehingga orang – orang menyebutnya Ginjai yang berarti tusuk konde, hingga akhirnya keris itu diberinama Keris Seginjai.
Selain keris, Raja Majapahit juga menghadiahkan Pangeran Rangkayo Hitam berupah tombak buatan empu Berjakarti yang bernama Sinancan sebagai tanda persahabatan.
Beberapa wilayah yang telah mereka taklukan diantaranya Negeri Kendal, Brebes, Malang, Panggungan, Jepara dan Patah yang langsung dipimpin oleh Pangeran Rangkayo Hitam, Jambi.
Untuk memperkuat hubungan dengan Kerajaan Majapahit, Pangeran Rangkayo Hitam dinikahkan dengan salah satu Putri Raja Majapahit bernama Ratu Mas Ratu Ayu.
Tak lama seletah kepergian Pangeran Rangkayo Hitam, Raja Rangkayo Pinggai mangkat dari Kerajaannya, mendengar kabar itu Pangeran Rangkayo Hitam segera pulang ke Jambi. Kekuasaan Kerajaan Jambi diserahkan ke adiknya, pengangkatan Rangkayo Hitam sebagai raja diadakan pertemua akbar dengan petinggi Kerajaan. Keris Siginjai dijadikan lambang Kekuasaan Kerajaan Jambi.
Setelah menjadi Raja Jambi, Rangkayo Hitam kembali melakukan penaklukan ke daerah – daerah Sumatera. Di perjalanan ia melihat rambut terurai indah yang menimbulkan rasa penasannya, penasaran itu berubah menjadi keinginan untuk mempersunting si pemilik rambut itu. Rangkayo Hitam mencari informasi tentang pemilik rambut indah itu.
Akhirnya ia mengetahui bahwa pemilik rambut itu adalah Putri Mayang Magurai, anak seorang Raja Air Hitam bernama Datuk Tumenggung Merah Mato. Raja Rangkayo Hitam memberanikan untuk mengutarakan niatnya kepada Datuk Merah Mato untuk mempersunting Putrinya.
Niat baiknya disetuji oleh Datuk Tumenggung Merah Mato dengan syarat Raja rangkayo Hitam harus mampu mengalahkan pengawal pribadinya. Raja Rangkayo Hitam pun mampu memenuhi syarat tersebut, akan tetapi Putri Mayang Mangurai mengajukan syarat, Raja Rangkayo Hitam diminta oleh Putri Mayang Mangurai untuk pergi ketanah Jawa untuk memenuhi syarat tersebut.
Setelah semua syarat terpenuhi, Raja Rangkayo Hitam menikahi Putri Mayang Mangurai. Utnuk memulai bahtera kehidupan baru, kedua pasang suami istri itu dihadiakan perahu Kajang Lako dan sepasang Angsa.
Perahu itu digunakan tuk menyusuri Sungai Batang Hari hingga kehilir dengan maksud mencari tempat untuk pusat Kerajaan Jambi yang baru.
Nama-nama Raja/Kepala Pemerintahan Jambi 1460-1904 ;
- 1460 Datuk Paduko Berhalo/Putri Selaro Pinang Masak.
- 1480 Orang Kayo Pingai.
- 1490 Orang Kayo Pedataran.
- 1500 Orang Kayo Hitam.
- 1515 Pangeran Hilang Diair disebut Panembangan Rantau Kapas.
- 1540 Panembahan Rengas Pandak.
- 1565 Panembahan Bawah Sawo.
- 1590 Panembahan Kota Baru.
- 1615 Pangeran Kedah gelar Sultan Abdul Kahar.
- 1643 Pangeran Depati Anom gelar Sultan Abdul Djafri, disebut Sultan Agung.
- 1665 Raden Penulis gelar Sultan Abdul Mahji disebut Sultan Ingologo.
- 1690 Raden Tjakra Negara (Pangeran Depati) gelar Sultan Kiyai Gede.
- 1690 a) Kiyai Singo Patih gelar Abdul Rachman, berkedudukan di Bangun jajo.
- 1690 b)Raden Tjulip (Djurat) gelar Sunan Ingologo, di Bukit Serpeh Sumai.
- 1696 Sultan Mochamad Syah.
- 1740 Sultan Sri Ingologo.
- 1770 Pangeran Purbo Suto Widjoyo gelar Sultan Anom Seri Ingologo disebut Sultan Zainuddin.
- 1790 Pangeran Ratu gelar Sultan RAtu Srin Ingologo disebut Mas’oed Badaroeddin.
- 1812 Raden Danting gelar Sultan Agung Sri Ingologo disebut Sultan Mohammad Mahidin.
- 1812 Raja Jambi beristri salah seorang Putri Raja Palembang yang disebut Ratu Ibu (Putri Ayu).
- 1833 Raden Muhmmad (Pangeran Ratu) gelar Sultan Muhammad Fahruddin disebut Sultan Keramat.
- 1841 R.A. Rachman (Pangeran Ratu) gelar Sultan Abdul Rachman Nasaroedin.
- 1855 Pangeran Djajaningrat (Pangeran Ratu) gelar Sultan Thaha Saifuddin.
- 1858 Raden Achmad gelar Sultan Achmad Nasaroedin disebut Sultan Bajang.
- 1881 Sultan Achmad Mahidin.
- 1885 Pemerintahan Kerajaan Jambi diserahkan kepada Comissie.
- 1886 Pangeran Soerio gelar Sultan Achmad Zainuddin.
Selanjutnya oleh Kompeni terus dinobatkan Raja-raja Jambi tetapi tidak punya kekuasaan yang disebut Sultan Bayang, namun sejak 1856-1904 rakyat mengakui Sultan Thaha Syaifuddin sampai beliau meninggal dalam pertempuran di Betung Berdarah pada tahun1904. (Red)
Discussion about this post