perisainews co – Surabaya – Organisasi Islam Muhammadiyah akan memperingati hari lahirnya ke-111 pada 18 November 2023. Tahukah kamu, bagaimana sejarah berdirinya Muhammadiyah?
Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas menganut agama Islam. Tidak heran ada banyak organisasi Islam yang berkembang.
Sejak zaman pra-kemerdekaan, beberapa organisasi ini telah berperan penting dalam membentuk karakter nasionalis di kalangan umat Islam di Indonesia. Salah satunya, Muhammadiyah.
10 Pondok Pesantren Modern di Jawa Timur
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah:
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan. Berikut informasi mengenai sejarah berdirinya Muhammadiyah.
1. Latar Belakang Terbentuknya Muhammadiyah
Mengutip dari laman Muhammadiyah, pada awal abad ke-20, umat Muslim di Indonesia berada dalam kondisi jumud, beku, dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik.
KH. Ahmad Dahlan yang merupakan seorang pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta, khatib, dan pedagang mulai mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan Hadis.
Awalnya, ajarannya mendapat penolakan dari masyarakat. Tetapi berkat ketekunan dan kesabarannya, KH. Ahmad Dahlan memperoleh dukungan dari keluarga dan teman dekatnya. Pekerjaannya sebagai pedagang memudahkannya menyebarkan ajaran Islam ke luar Kampung Kauman.
Agar upaya tersebut menjadi lebih terorganisasi, KH. Ahmad Dahlan mendirikan Persjarikatan Moehammadijah, yang kini dikenal dengan sebutan Muhammadiyah.
Sejak itu, ia memaksimalkan penyebaran agama Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera di Jawa dan Madura. Ia juga mengembangkan pengetahuan agama para anggotanya.
2. Muhammadiyah Sebagai Organisasi Islam
Moehammadijah atau Muhammadiyah merupakan organisasi gerakan Islam yang dibentuk atas prakarsa KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berhasil mendapat dukungan dari organisasi Budi Utomo Yogyakarta.
Kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 November 1912. Muhammadiyah menggunakan dasar Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, yang beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an serta sunah.
Melalui organisasi ini, sang pendiri berharap masyarakat Muslim di Indonesia dapat menjadikan jejak perjuangannya sebagai teladan dalam menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Sehingga terwujud “Ihzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Islam dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini menyebar ke beberapa tempat, seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri, dan sekitarnya dengan nama lain. Misalnya, Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Makassar, Ahmadiyah di Garut, dan perkumpulan SATF di Surakarta. Namun, pemerintah Hindia Belanda sempat tidak mengizinkan perkembangan Muhammadiyah di luar Kota Yogyakarta menggunakan nama lain.
3. Sumbangsih Muhammadiyah di Dunia Pendidikan
Jurnal Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam dan Pendidikan oleh Mar’ati Zarro dkk menjelaskan, KH. Ahmad Dahlan berupaya melakukan pemberontakan kepada pihak Belanda. Ia pun melakukan perjuangan melalui pendidikan dengan menciptakan gagasan terbaru.
Gagasan tersebut adalah menggabungkan sistem pendidikan Islam pada sekolah Belanda. Dengan kecakapannya, KH. Ahmad Dahlan berhasil memberikan pelajaran agama ekstrakurikuler di OSVIA dan Kweekschool.
Secara perlahan-lahan, Muhammadiyah mulai membangun lembaga pendidikan. Untuk pertama kalinya, sekolahan dibangun di Karangkajen pada 1913, dan akhirnya menyebar di beberapa daerah lainnya.
Muhammadiyah juga mendirikan sekolah yang diperuntukkan bagi para calon guru agama yang diberi nama Qismul Arqa pada 1918. Kemudian berganti nama menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
Muhammadiyah memberikan kontribusi nyata di bidang pendidikan terhadap bangsa dan negara. Terbukti dengan dibentuknya pendidikan Islam modern pada 1912, dan terus mengalami perkembangan hingga seluruh pelosok Tanah Air.
(irb/sun)
Discussion about this post